KAJIAN RUANG SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) DHARMA BAKTI DHARMA PERTIWI LAMPUNG
DOI:
https://doi.org/10.25124/idealog.v4i2.3594Abstract
Keberadaan sekolah luar biasa untuk anak-anak penyandang cacat tentu harus memiliki suatu kriteria atau standar khusus untuk menunjang kegiatan yang akan mereka lakukan agar dapat tercipta suatu kondisi yang membuat mereka merasa aman, nyaman dan mandiri. Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetaui ketersediaan sarana ruang di SLB Dharma Bakti Dharma Pertiwi berdasarkan standar. Metode yang digunakan yaitu kualitatif dekriptif, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung ke lapangan. Data berupa gambar dan situasi SLB serta fasilitas yang ada didalamnya. Analisis dalam penelitian ini dilkukan dengan membandingkan hasil data fasilitas sarana dan prasarana SLB dengan stadar sarana dan prasarana berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan No. 33, Tahun 2008. Hasil penelitian akan disandingkan dengan standar sarana dan prasarana SLB. Berdasarkan kajian dan analisa yang telah dilakukan pada ruang Sekolah Luar Biasa (SLB) Dharma Bakti Darma Pertiiwi didapatkan: Ruang pembelajaran umum diperoleh hasil bahwa 24 dari 27 standar Permendikud Nomor 33 Tahun 2008 telah memenuhi. Sedangkan 3 standar belum terpenuhi yaitu kapasitas ruang kelas, material dinding kelas dan letak perpustakaan. Ruang pembelajaran khusus diperoleh hasil bahwa 36 dari 44 standar Permendikud Nomor 33 Tahun 2008 telah memenuhi. Sedangkan 8 standar belum terpenuhi yaitu ruang bina grahita yang masih disatukan dengan ruang belajar umum, luas ruang bina prestasi masih terlalu sempit dan tidak dilengkapi dengan kursi dan meja peserta didik, kursi dan meja guru, serta tidak adanya lemari. Hasil penelitian pada ruang penunjang diperoleh bahwa 89 dari 92 standar Permendikud Nomor 33 Tahun 2008 telah dipenuhi. Hanya 3 standar yang belum terpenuhi, yaitu tidak terdapat thermometer badan dan timbangan badan pada UKS dan ruang konseling/asesmen belum dapat dipakai karena masih tahap renovasi.
Kata kunci: SLB, ruang, standar, kajian, bandarlampung