MENGOMUNIKASIKAN IDEOLOGI LEWAT SENI
Redefinisi Peran Seni melalui Kasus Uni Soviet dan Seni Realisme Sosialis
DOI:
https://doi.org/10.25124/liski.v1i1.815Abstrak
Di awal abad ke-20, komunisme berkembang dari sebuah pemikiran filosofis, menjadi ideologi politik dan juga ekonomi sebuah negara. Uni Soviet adalah yang pertama kalinya menjadikan paham komunisme –yang dicetuskan oleh Karl Marx, seorang pemikir asal Jerman di abad ke-19- sebagai sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Di bawah pimpinan Vladimir Lenin, seluruh masyarakat diharapkan untuk bersatu agar cita-cita komunisme dapat tercapai: Mewujudkan suatu komunitas yang setara dan tidak ada ketimpangan sosial (sebagaimana lawan ideologi mereka yaitu kapitalisme). Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu yang dilakukan adalah mengubah peran seni. Seni yang tadinya ditujukan murni untuk keluhuran estetika semata, oleh Lenin diredefinisi menjadi bertujuan untuk kepentingan komunisme. Karya seni rupa misalnya, harus melukis hal-hal yang terkait dengan ideologi, seperti lukisan buruh, petani, atau peristiwa-peristiwa kemenangan kaum komunis. Artikel ini hendak menunjukkan bahwa peran seni dalam peradaban tidak selalu stabil dan objektif. Ada masa dimana seni merupakan bagian dari ritual keagamaan, ada masa dimana seni merupakan ekspresi pribadi yang murni dari pengaruh eksternal, dan ada masa dimana seni merupakan campur tangan kekuasaan untuk mewujudkan suatu cita-cita ideologi.